Ketika
kemarin saya berlibur ke pantai untuk merayakan reuni ada pemandangan tak biasa
yang saya lihat. Memang setelah melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan,
jarang sekali saya ke pantai. Baru setelah semester 6 seorang teman mengajak
saya ke sana untuk sekedar bernostalgia. Pemandangan tak biasa itu adalah banyaknya
para pemancing yang berdatangan. Bukan mancing ke tengah laut dengan perahu.
Tetapi mancing dari pantai. Para pemancing ini menggunakan joran yang sangat
panjang. Dengan baju yang rapat menutup sekujur tubuh, mereka berdiri di pasir
yang basah. Bahkan ada yang sampai nyemplung melawan ombak setinggi dada. Ini
sangat jauh berbeda dengan waktu dulu ketika saya di SMK. Dulu tidak ada
satupun orang yang rela berdiri dibawah terik matahari yang panas demi
menyalurkan hobinya memancing. Paling-paling ketika berlibur ke pantai yang
sering temui adalah ABG yang bermain ombak sambil tertawa-tawa, siswa SMA yang
bolos dengan berseragam, para nelayan yang menarik jaring, sampai remaja yang
nekat berbuat mesum.
Awal
ketika saya melihat para pemancing ini hanya bingung yang ada di benak saya.
Rasa bingung itu sebenarnya muncul ketika saya melihat ombak yang dengan
ganasnya menyapu pasir. Meski hanya sebentar, ombak itu tak pernah lenyap.
Ombak itu terus datang silih berganti menghempas pinggiran, mengacaukan
ketenangan, kemudian meninggalkan buih. Karena itulah saya berkesimpulan bahwa
tidak ada ikan yang betah tinggal disana. Apa lagi untuk mencari makan. Tapi
para pemancing ini tetap tegar memegang joran mereka yang menjulang tinggi dan
saya dengan entengnya menganggap mereka cuma orang yang iseng-iseng mencoba
mancing dari pinggiran.
Sampai
seorang pemancing menghentak joran, lanjut menggulung senar. Saya yang
penasaran terus mengamati mereka dari kejauhan. Mereka lalu berteriak
“Hoe
dapet, hooee dapeet!!”
Sontak,
saya pun kaget. Saking penasarannya saya pun mendekat. Diangkatlah jorannya.
Terlihat ikan yang menyangkut di kail. Dia melepas kailnya tetapi ikannya
langsung dibuang. Saya tidak tahu jenis ikan apa yang dia dapat. Tetapi setelah
saya bertanya, ternyata itu adalah ikan buntal yang beracun jika dimakan.
Anggapan saya jika mereka adalah pemancing yang sekedar iseng-iseng mancing
dari pinggir pantai perlahan luntur.
Melihat
hasil yang mereka dapat, saya pun tertarik untuk mencoba. Dari mereka saya
banyak bertanya tentang jenis ikan yang menjadi target dan umpan yang
cocok. Mereka memberi tahu saya bahwa
teknik yang mereka pakai itu adalah mancing pasiran. Umpan yang sering di pakai
adalah udang sungai atau udang tambak. Katanya, selama memancing di sana mereka
pernah dapat ikan seberat 2 kg. Cukup besar dibandingkan hasil ketika mancing
di sungai atau di waduk wonorejo. Tak heran mereka betah berdiri kepanasan
seperti Petugas pom bensin.
Setelah
mendapat cukup informasi saya nekat turun ke pantai untuk mencoba sendiri.
Keadaan sungai disekitar saya yang semakin dangkal dan para penduduk yang rajin
meracuni sungai setiap dua bulan sekali membuat saya memilih untuk memancing di
pantai. Apalagi pemandangan pantai yang membuat mata serasa tertahan untuk tak
lekas berkedip. Semilr angin yang tak pernah usai menghembus. Dan jika
beruntung saya dapat bertemu kembali dengan sang senja, sebuah surga yang rutin
datang sekali dalam sehari.
Turun
ke pantai pertama kali saya tidak dapat apa-apa. Hanya mengandalkan pancingan
sungai, pagi-pagi jam delapan saya meluncur dengan seorang teman. Karena di
kota saya tidak ada yang jual udang, rencananya saya akan mampir dulu ke Pasar
Bandung untuk membeli disana. Sampai di pasar ternyata udangnya baru saja
habis. Apes sekali karena datang kesiangan. Tapi karena saking kepinginnya
mancing, saya tetap nekat berangkat ke pantai. Siapa tahu disana ada yang jual
umpan. Tiba di pantai saya cuma bisa bengong karena disana juga tidak ada
satupun yang menjual umpan.
Turun
ke pantai untuk kedua kali saya agak merasa percaya diri karena menenteng joran
pancing baru meskipun dengan reel yang kecil. Tidak seperti pertama kali, saya
masih bisa membeli umpan di pasar bandung. Sampai di pantai rasa percaya diri
saya menjadi biasa saja karena ada pemancing yang membawa joran yang panjangnya
4 meter lebih. Jauh dengan saya yang cuma 3 meteran. Dengan bandul kecil saya
melemparkan umpan. Lama sekali saya menunggu tetap tak ada ikan yang mengendus.
Barulah kemudian saya tersadar jika umpan saya cuma nyangkut di pasir karena
hempasan ombak.
Turun
ke pantai ketiga kali saya cuma dapat gosong. Di sana saya bertemu dengan
seorang pemancing. Katanya itu bukan waktu yang tepat untuk memancing karena
ombak sedang serong ke kanan. Akhirnya hawa panas jam satu siang dan sepinya
pantai membuat saya memutuskan untuk cepat pulang.
Turun
ke pantai ke empat kali barulah saya bisa merasakan sesnsasi strike mancing di
laut. Berbekal reel baru saya nekat mencoba lagi. Umpan yang saya pakai bahkan
bukan umpan yang layak karena sudah busuk. Ombaknya juga sedang serong ke kiri.
Pemancing yang terlihat sepertinya cuma saya dan seorang yang dari kejauhan
tampak sedang menantang ombak. Beberapa kali saya merasakan tarikan, tapi lepas
setelah di tarik. Akhirnya setelah berdiri selama 1 jam saya bisa mendapatkan
seekor ikan senggreng seukuran dua jari. Lumayanlah untuk pemula yang biasa
mancing di kali.
Berikut
saya paparkan spesifikasi pancing dan trik untuk mancing pasiran :
Joran pasiran biasanya memiliki
desain khusus. Karena fungsinya untuk mancing dari pinggiran maka bentuknya pun
sama dengan joran karangan (rock fishing). Perbedaan yang paling mencolok
dengan joran teknik memancing yang lain adalah panjangnya yang diatas
rata-rata. Berkisar antara 3,6 meter - di atas 5 meter yang terdiri dari lima
sampai enam bagian untuk model telescopic (mirip antena radio karena bisa
diulur). Sedangkan untuk model sambung biasanya terdiri dari tiga sampai empat
bagian. Untuk anda yang suka traveling saya sarankan membeli yang model
telescopic karena lebih mudah diringkas. Untuk anda penyuka mancing pasiran
sekaligus mancing karangan saya sarankan membeli model sambung karena memiliki
kekuatan lebih.
Reel set pada joran pasiran dipasang
agak menjauh dari ujung pangkal, kira-kira berjarak 45-55 cm. Fungsinya adalah
untuk menambah kekuatan dalam pelemparan seperti halnya cara kerja sebuah
pengungkit.
Tingkat kelunturan pada ujungnya
biasanya sedang (medium action) dengan Casting Weight / Casting lure : minimal 100-200 g atau bisa juga yang lebih tinggi (semakin kaku, semakin baik). Dengan tingkat kelenturan seperti itu seorang
pemancing akan lebih mudah melakukan lemparan jauh (long cast) ke tengah laut.
Jangan kuatir dengan sensitifitas joran tingkat medium action karena anda masih
bisa merasakan tarikan ikan dua jari sekalipun.
Menurut saya joran pasiran yang ideal
buat anda yang berduit ialah EXORI black cobra, MAGURO power blade, MAGURO
spin power dan Orca hard Surf Casting (Yang ini baru beli. Harganya 365 ribu. Panjang 4,5 meter. Lumaya kaku sih) dengan kisaran harga 400-550 ribu. Yang diatas satu juta juga ada
seperti merk SHIMANO dan DAIWA . Sedangkan yang “murmer” (cocok dengan kantong
mahasiswa seperti saya he...he....) bisa anda cari MAGURO power cast, Maguro ultra cast, KAIZEN
sugureta dan DAIDO dengan kisaran harga 135 ribu sampai 270ribu.
Exori monica |
Untuk joran saya sendiri memilih
exori monica 360 (360 cm) yang masih terlalu lentur (heavy action) dengan harga
berkisar antara 100 ribu-135 ribu. Maklum, ketika beli saya masih pemula jadi
belum tahu joran yang ideal buat pasiran. Peletakan reel setnya juga masih
berdekatan dengan pangkal dengan jarak kira-kira 21 cm. Beratnya sih lumayan
ringan, tetapi butuh tenaga extra untuk melakukan lemparan umpan yang sempurna.
Dengan spesifikasi itu sepertinya joran ini di desain bukan untuk mancing pasiran
tetapi untuk mancing ikan layur. Karena saya ndak mau beli lagi, maka joran ini
saya modifikasi dengan mengganti ujungnya dengan yang lebih kaku. Resikonya
ialah panjangnya berkurang 30 cm. Bagi saya tidak masalah, malah lemparan saya
makin jauh.
Model spinning reel, tipe long cast spool
(lemparan panjang) adalah reel yang ideal
untuk mancing pasiran. Reel ini memiliki desain spool yang panjang sehingga
memudahkan senar keluar dari spool.
Akhir-akhir ini para produsen reel berlomba-lomba memproduksi reel yang
khusus untuk pasiran dengan ciri-ciri spool yang dangkal (cetek), ukurannya
besar dan memanjang. Bahkan untuk menghasilkan gulungan yang sempurna, merk
tertentu ditambahkan “worm shaft” (bentuknya seperti ulir) pada bagian
penggerak spool (gerakan maju mundur). Tentu saja reel seperti ini di bandrol
dengan harga diatas rata-rata.
Untuk ukuran reel yang ideal adalah 5000-6000 (ukuran ini juga belum pasti karena setiap merek mempunyai ukuran
yang berbeda-beda). Anda sebenarnya juga bisa menggunakan reel ukuran kecil (misalnya
ukuran 3000 ke bawah) yang penting dapat memuat senar minimal 150 meter. Tetapi
jika anda memakai reel kecil, anda akan kesulitan menggulung senar yang panjang
karena memakan waktu yang lama. Sebaliknya, jika anda menggunakan reel besar
(ukuran 7000, 8000 atau diatasnya), proses penggulungan senar menjadi lebih
singkat. Tetapi resikonya anda tidak akan betah memegang pancingan karena
terasa berat.
Banax Poseidon, reel Surf Casting menengah ke atas dari Banax |
Hal lain yang perlu anda perhitungkan
dalam membeli reel adalah ikan yang menjadi target. Ikan ukuran besar seperti
Jenong (Caru, Kue gerong, Giant Travely) dengan berat diatas 5 kg tidak mungkin
anda tarik dengan reel yang murah meriah seperti merk exori, relix, hinomiya,
atau merek-merek lain yang harganya dibawah 200 ribu. Untuk ikan sebesar itu
anda memerlukan reel yang agak mahal,
seperti bannax SX5000 dengan kisaran harga 500ribu, Ryobi Proskyer Nose Power
harganya kisaran 600ribu atau reel lain dengan harga diatasnya (900ribu-diatas
1 juta) seperti OKUMA Distance Carp Pro 60, SHIMANO active cast, dan DAIWA
Windcast.
Reel pasiran murah meriah dari Orca. Namun dengan banyak kekurangan |
Sebenarnya tidak ada spesifikasi yang
pasti untuk memilih reel karena faktor dalam melakukan lemparan terbaik ke
tengah laut bukan hanya reel saja. Anda juga harus mempertimbangkan
keseimbangan antara besar diameter senar, berat bandul (timbel / timah) dan
tentu saja seperti yang telah saya bahas di atas, yaitu panjang joran.
Saya sendiri menggunakan reel Orca
EF8000 yang masih dalam kategori reel khusus pasiran dengan Gear ratio
(perbandingan keliling gear) yaitu 4,7 : 1. Memang dengan Gear Ratio sebesar
itu putarannya menjadi agak lambat (reel biasa perbandingannya 5,1 : 1), tetapi
dengan diameter spool yang lebih besar dari pada biasanya saya rasa tidak
mengurangi kecepatan putaran reel untuk menggulung senar. Bentuknya sama persis
dengan exori fiesta. Yang membedakannya adalah jumlah Bal Bearing yang cuma 4
biji. Jauh dengan exori fiesta yang jumlahnya 9 biji. Harganya juga murah meriah, hanya 185 ribu
(tahun 2013) sudah dapat reel pasiran. Selama penggunaan juga belum ada masalah (karena baru
turun 4 kali ke pantai). Hanya beratnya yang membuat tangan saya cepat capek.
Line / Senar :
Exori Hi Speed |
Senar tipe monoline (senar bening)
saya kira sudah cukup. Bila anda menginginkan yang lebih kuat cari Nylon PE
(mirip kenur layangan) tapi anda jangan kaget dengan harganya yang selangit.
Kekuatan senar minimal 18 Lbs (kurang lebih 8 kg) dengan ukuran diameter 0,30
mm sampai 0,35. Menggunakan senar ukuran kecil keuntungannya umpan dapat
terlempar jauh, muat banyak di spool, dan tahan dengan terjangan ombak. Tetapi
anda harus berhati-hati ketika umpan anda disambar ikan di atas 5 kg karena mudah
putus. Sebaliknya, jika anda menggunakan senar besar, lemparan menjadi lebih
pendek, timbal / pemberat harus dipilih yang besar, dan senar mudah
terombang-ambing ombak. Tetapi tidak ada masalah ketika harus bertanding dengan
ikan yang besar.
Saya sendiri memakai orca assault
ukuran 0,35 mm, panjangnya 2 X 100 meter. Ukuran seperti itu saya kira cukup
aman untuk menarik ikan dua kilogram. Dengan diamter 0,35 mm masih bisa untuk
diajak menerjang ombak setinggi 1,5 - 2 meter. Rencananya kalau cukup punya uang saya akan menggantinya dengan Exori Hi speed (segulung besar) yang lebih murah meriah.
Anda sebenarnya dapat menggunakan senar
diameter di bawah 0,30. Namun biasanya senar dengan diameter kecil berkekuatan
besar biasanya mahal. Untung saja beberapa produsen senar masih mengeluarkan
senar yang demikian dengan harga miring. Bahkan dengan standar IGFA. Misalkan
Blood super soft. Harganya di kisaran 40an ribu.
Blood Supersoft 300m |
Sinker / timah / bandul :
Pemakaian
timah disesuaikan dengan ketinggian ombak. Untuk ombak yang rendah bisa dipakai
bandul dengan berat 80 gram dan 100 gram ke atas untuk ombak yang tinggi. Lebih baiknya lagi di pilih bandul khusus
pasiran berbentuk kerucut dengan kawat yang fungsinya sama dengan jangkar.
Ketika di tarik kawat yang menancap akan melepas sendiri sehingga tidak mudah
tersangkut dan tidak merusak habitat ikan. Bentuk timah juga berpengaruh. Model
timah yang bulat penuh seperti bola sepengalaman saya sangat mudah
terombang-ambing ombak. Bentuk kerucut juga sama saja.
Kemarin saya sudah muter-muter di
kota saya sendiri, trenggalek untuk mencari bandul berkawat tetapi tidak juga
ketemu. Lanjut muter-muter lagi sampai ke tulungagung juga gak ada. Akhirnya
dengan segenap daya pikir saya sebagai makhluk yang berfikir, saya mencetak
bandul sendiri. Bandul itu saya desain mirip daun atau oval seperti kijing (kerang
yang hidup di sungai), pipih dan meruncing
pada 2 ujungnya. Dalam benak saya model bandul yang meruncing seperti
ini akan menancap ke dasar berpasir ketika terjun ke laut. Dan ternyata setelah
dicoba benar saja, bandul ini cukup
stabil melawan ombak 1,5 meter dibanding bandul model bola dengan berat yang
sama. Dengan catatan ombak tersebut bukan ombak yang menyamping tetapi lurus ke
depan.
Hook / jerat / kail / kernel / cêkrèk
Para
pemancing pasiran di tempat saya biasanya menggunakan ukuran kail nomor 4. Tapi
menurut saya itu terlalu kecil. Yang pas bagi saya adalah nomor 5 untuk segala
ikan besar atau ikan kecil. Bahkan untuk target ikan besar ada yang menggunakan nomor 7-10. Dulu saya pernah
nyoba pake kail yang besar tapi malah gak dapet. Sepertinya jika menggunakan
kail nomor 7-10 terlalu besar untuk ikan-ikan bermulut kecil seperti senggreng
dan luju (lucon, bojor). Kail besar
hendaknya digunakan untuk target ikan bermulut lebar seperti ikan Laosan
(surung, kuro).
Umpan dan rangkaian
Saya biasa menggunakan udang sungai
tanpa dikupas sebagai umpan karena harganya lebih terjangkau dan mudah didapat.
Para pemancing biasanya menggunakan udang tambak kupas yang ukurannya gede. Di
daerah saya sendiri masih jarang yang jual udang tambak. Kalau beruntung, saya
bisa mendapatkannya di pasar ketika masih pagi. Kalau siang pasti sudah ludes
diborong pemancing lain.
Rangkaian yang sering saya pakai
dalam teknik pasiran adalah bandul-swifel-kail-kail-kail-swivel. Saya sengaja
meletakkan bandul paling bawah untuk meminimalisir resiko tersangkutnya kail.
Untuk pemasangan umpan udang, kepalanya harus dibuang. Sepengalaman saya,
ketika saya memasang kepala udang sebagai umpan, tidak ada satu ikan pun yang
mau menyentuhnya.
TKP (Terjun Ke Pantai)
Tidak semua pinggiran pantai cocok
untuk mancing pasiran. Anda harus menentukan spot yang pas untuk melempar
umpan. Cara yang paling mudah adalah dengan mencari informasi kepada penduduk
sekitar, syukur-syukur kalau ketemu pemancing yang sudah biasa mangkal disana.
Dari pemancing itu cobalah mencari info tentang daerah yang banyak ikannya, jenis
ikan yang menjadi target, jenis ikan yang beracun, ukuran kail, umpan yang
biasa dipakai dan kapan musimnya ikan tertentu (seperti GT) bertandang ke
pantai tersebut.
Cara lain yang biasanya dipakai
pemancing pasiran untuk menentukan spot memancing adalah mencari relung laut (daerah
yang lebih dalam dari pada yang lain) melalui pengamatan. Seperti kata pepatah
“Air beriak, tanda tak dalam” begitulah kucinya. Sebelum anda memancing, coba
amati ombak yang menghempas pantai terlebih dulu dari tempat yang agak tinggi.
Dari situ cobalah temukan daerah dengan ombak yang lebih rendah dari pada ombak
di sekitarnya. Ombak tersebut tidak
banyak beriak dan tidak gampang berbuih. Setelah ketemu, cobalah untuk melempar
umpan karena di sanalah relung laut, tempat ikan - ikan besar biasa “dinas”
untuk mencari makanan.
Keadaan ombak juga sangat menentukan
terhadap hasil ikan yang anda dapat. Ombak yang tinggi misalnya. Ombak yang
mencapai ketinggian 2 meter dapat menghempas bandul anda sampai ketepian dengan
mudah. Hal ini dapat anda siasati dengan memasang bandul yang besar. Keadaan
ombak lain yang lebih mengganggu adalah jika ombak sedang “menganut aliran
sesat” (itu sebutan saya kepada ombak yang menyimpang ke kiri atau menyamping
ke kanan). Dalam keadaan itu meskipun ketinggian ombak cuma 1 meter umpan akan
tetap mudah terhempas ke tepian. Ombak inilah yang sering dihindari para
pemancing. Kapan kemunculannya pun tidak dapat diprediksi. Untuk itu jika anda
mempunyai kenalan pemancing yang rumahnya tidak jauh dari pantai, tanyalah
kepadanya sebelumnya.
sekian informasi mancing yang coba saya sharing. Berhubung saya seorang pemula maka kritik dan saran anda saya tunggu sebagai coment dibawah
foto silhuet pemancing : http://yogyakartafishingcommunity.blogspot.com/